Pengertian Kata, Hakikat Kata, dan Penglasifikasian Kata

Pengertian Kata

Kata adalah satuan bahasa yang memiliki satu pengertian atau deretan huruf yang diapit duah buah spasi dan mempunyai satu arti. Kata diambil dari bahasa sansekerta “katha” yang artinya “bahasa”, “konversasi”, “cerita” atau dongeng.

Pengertian secara sederhana kata adalah sekumpulan huruf yang mempunyai arti. Namun, kamus besar bahasa Indonesia mempunyai arti tersendiri mengenai kata. Pertama, pengertian kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan fikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa. Yang kedua yakni kata juga sebanding dengan penegrtian ujar atau bicara.[1]

Hakikat Kata

Para tata bahasa tradisional biasanya memberi pengertian terhadap kata, berdasarkan arti dan ortografi. Menurut mereka kata adalah satuan bahasa yang memiliki satu pengertian. Kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua buah spasi dan mempunyai satu arti.

Penganut Bloomfield, tidak membicarakan lagi kata sebagai satuan lingual, dan menggantinya dengan satuan yang disebut mofrem. Dengan berbagai segi dan pandangan mereka membahas tentang morfem, tetapi tidak mempersoalkan apa kata itu. Menurut Bloomfield kata adalah satuan bebas terkecil tidak pernah diulas atau dikomentari, seperti pembahsan tentang kata sudah final.

Menurut Chomsky, menyatakan kata adalah dasar analisis kalimat, hanya menyajikan kata itu dengan simbol V (verb), N (nomina), A (ajektiv), dan sebagainya.

Tidak dibicarakan secara khusus definisi kata oleh kelompok Bloomfield dan pengikutnya adalah karena dalam analisis bahasa, mereka melihat herarki bahasa sebagai: fonem, morfem, dan kalimat. Beda dengan tatabahasa tradisional yang melihat herarki bahasa sebagai, fonem, kata, dan kalimat.

Dalam buku linguistik Eropa, kata merupakan bentuk yang, ke dalam mempunyai susunan fonologis yang stabil dan tidak berubah dan keluar mempunyai mobilitas didalam kalimat.

Batasan tersebut menyiratkan dua hal. Pertama, bahwa setiap kata mempunyai susunan fonem yang urutannya tetap dan tidak dapat dirubah serta tidak dapat diselipi oleh fonem lain. Misal kata sikat, urutan fonemnya adalah /s/,/i/,/k/,/a/, dan /t/. Urutan itu tidak dapat dirubah atau diselipi fonem lain. Kedua, setiap kata memiliki kebebasan berpindah tempat didalam kalimat atau tempatnya dapat diisi atau digantikan oleh kata lain juga dapat dipisahkan dari kata lain.[2]

Klasifikasi Kata

Kata adalah satuan gramatikal bebas yang terkecil. Istilah klasifikasi yang dugunakan dalam kajian ini adalah penggolongan kata, atau penjenisan kata. Klasifikasi kata ini dalam sejarah linguistik selalu menjadi salah satu topik yang tidak pernah terlewatkan. Sejak zaman Aristoteles hingga kini, termasuk juga dalam dunia linguistik Indonesia, persoalan tidak pernah bisa tertuntaskan. Hal ini terjadi karena, karena, pertama, setiap bahasa mempunyai cirinya masing-masing. Kedua, karena kriteria yang digunakan untuk membawa klasifikasi kata itu bisa bermacam-macam.

Secara umum, klasifikasi kata dapat dikelompokkan menjadi lima yaitu averbia, verba, adjektiva, nomina dan pronomina.[3]

Adverbia

Kata keterangan ialah kata yang memberi keterangan tentang kata kerja, kata sifat, kata keterangan, kata bilangan, atau seluruh kalimat. Misalnya: pelan-pelan, cepat, kemarin, tadi.

Adalah kata keterangan atau kata keterangan tambahan. Fungsinya adalah menerangkan kata kerja, ata sifat, dan jenis kata yang lainnya. Komponen makna utama yang dimiliki dari kata-kata berkelas adverbia adalah:

1)      Negasi. Yaitu kata-kata tidak, bukan, tanpa dan tiada. Kata tidak untuk menegasikan kelas verba dan adjektiva. Kata bukan digunakan untuk menegasikan kelas nomina dan  verba.

2)      Frekuensi. Yaitu kata-kata sering, jarang,, kadang-kadang, biasa, sesekali, acap kali, dan selalu. Adverbia ini hanya dapat digunaan untuk kelas verba

3)      Kuantitas atau jumlah. Yaitu banyak, sedikit, cukup, kurang, semua, seluruh, sebagian, dan seberapa. Pada umumnya , kata-kata adverbia ini dapat mendampingi nomina. Namun ada juga yang didampingi verba, contohnya banyak rumah, sedikit uang, kurang air, semua orang, banyak bicara dan sebagainya.

4)      Kualitas atau derajat. Yaitu agak, cukup, lebih, kurang, sangat, paling, sedikit, dan sekali. Umumnya adverbiaI ini hanya dapat mendapingi kelas adjektiva misalnya, agak baik, cukup bagus, lebih bagus dan sebagainya.

5)      Waktu atau skala. Yakni adverbia sudah, belum, sedang, lagi, tengah, akan, hendak atau mau. Adverbia ini pada dasarnya dapat mendampingi verba tindakan misalnya sudah mandi, tengah makan, hendak pergi.

6)      Keselesaian. Yaitu adverbia sudah, belum, baru dan sedang. Adverbia ini digunakan untuk mendampingi kelas verba dan ajektiva. Misalnya belum makan, sudah mandi dan sebagainya.

7)      Pembatas. Yaitu adverbia  hanya dan saja. Adverbia ini hanya digunakan untuk kelas verba, kelas nomina, dan kelas numeralia. Cotohnya hanya nasi, nasi saja, hanya seribu dan sebagianya.

8)      Keharusan. Yaitu boleh, wajib, harus,dan mesti adverbia ini hanya mendampingi kelas verba misalnya boleh pergi, wajib pergi, mesti datang dan sebagainya.

9)      Kepastian. Yaitu adverbia pasti, tentu, mungkin, barang kali. Adverbia ini mendampingi kata kelas verba. Contoh pasti hadir, tentu datang, barangkali terlambat.

Verba

Kata kerja adalah semua kata yang menyatakan perbuatan atau laku. Misalnya: mengetik, mengutip, meraba, mandi, makan, dan lainya.

Kata kerja adalah segala macam kata yang dapat diperluas dengan kelompok kata “dengan + kata sifat”. Misalnya:

–        Membaca dengan teliti

–        Berjalan dengan cepat

–        Duduk dengan santai

–        Belajar dengan rajin

Ciri utama verba atau kata kerja dilihat dari adverbia yang mendampinginya. Ciri utama verba adalah:

1)      Dapat didampingi oleh adverbia tidak, tanpa, dan bukan. Contoh tidak datang, bukan menangis, tanpa makan.

2)      Dapat didampingi oleh semua adverbia frekuensi, seperti ssering datang, jarang makan, kadang-kadang pulang dan sebagainya.

3)      Tidak dapat didampingi oleh kata bilangan dengan penggolongannya. Misalnya, sebuah membaca, dua butir menulis, namun dapat didampingi oleh semua adverbia jumlah seperti kurang membaca, cukup menarik dan sebagainya.

4)      Tidak dapat didampingi oleh adverbia derajat. Contoh agak pulang, cukup datang, lebih pergi, kurang pergi.

5)      Dapat didampingi oleh semua adverbia kata (tense) contoh sudah makan, sedang mandi, lagi tidur, akan pulang, hendak pergi dan sebaigainya.

6)      Dapat didampingi oleh adverbia keselesaian, contoh belum pulang, sudah makan, baru datang.

7)      Dapat didampingi oleh adverbia keharusan contoh wajib datang, harus pulang dan sebagainya.

8)      Dapat didampingi oleh semua adverbia kepastian. Contoh pasti datang, tentu pulang, mungkin pergi dan sebagainya.

Adjektiva

Kata sifat adalah kata yang menyatakan sifat atau hal keadaan sebuah benda atau sesuatu. Misalnya: baru, tebal, tinggi, rendah, baik, buruk, malah, dan lainya.

Ciri utama adjektiva atau kata keadaan adalah:

1)      Tidak dapat didampingi adverbia frekuensi sering, jarang, dan kadang-kadang. Jadi, tidak mungkin ada contoh sering indah, kadang-kadang besar dan sebagaiya.

2)      Ridak dapat didampingi adverbia jumlah. Contoh jarang bagus, sedikit baru, sebuah indah dan sebagainya.

3)      Dapat didampingi oleh semua adverbiaderajat. Contoh agak tinggo, cukup mahal, lebih bagus.

4)      Dapat didampingi adverbia kepastian pasti, tentu, mungkin, dan barangkali. Contoh pasti indah, tentu baik.

5)      Tidak dapat diberi adverbia kala hendak dan mau. Jadi bentuk-bentuk tidak terima. Contoh hendak indah, mau tinggi dan sebainya.

Nomina

Kata benda adalah nama dari semua benda dan segala yang dibendakan. Misalnya: Tuhan, angin, meja, rumah, batu, mesin, dan lainnya.

Ciri utama nomina atau kata benda dilihat dari adverbia pendampingnya. Ciri utama dari nomina adalah:

1)      Tidak dapat didahului oleh adverbianegasi tidak. Jadi, kata-kata kucing, meja, bulan dan sebagainya adalah termasuk nomina karena tidak dapat didahului oleh adverbia  negasi tidak.

2)      Tidak dapat didahului adverbia derajat agak (lebih, sangat, dan paling) contoh agak kucing, agak bulan dan sebagainya.

3)      Tidak dapat didahului adverbia keharusan wajib. Contoh wajib bulan, wajib kucing, wajib meja dan sebagainya.

4)      Dapat didahului oleh adverbia yang jumlah, seperti satu, sebuah, sebatang dan sebaianya. Misalnya sebuah meja, seekor kucing, sebang pensil.

Pronomina

Pronomina adalah kata ganti. Kata ganti adalah kata yang dipakai untuk menggantikan kata benda atau yang dibendakan. Misalnya: ini, itu, ia, mereka, sesuatu, masing-masing, dan lainnya.

Pronomina dibedakan menjadi 4 macam yaitu:

a) Kata ganti diri

Kata ganti diri adalah pronomina yang menggantikan nomina nama orang atau yang diorangkan, baik berupa nama diri atau buan nama diri. Kata ganti bisa dibedakan atas

1)      Kata ganti orang pertama tunggal yaitu saya dan aku, orang pertama jamak yaitu kami dan kita.

2)      Kata ganti dari orang kedua tunggal yaitu, kamu dan engkau, orang kedua jamak yaitu kalian dan kamu sekalian.

3)      Kata gant orang ketiga tunggal yaitu ia, dia, dan nya.

b) Kata ganti penunjuk

Kata ganti penunjuk atau pronomina demokratif adalah kata ini dan itu yang digunakan untuk menggantikan nomina sekaligus penunjukkan. Kata ganti penunjuk ini digunaan untuk menunjuk sesuatu yang dekat dari pembicara, sedangkan kata ganti penujuk itu digunakan untuk menunjuk sesuatu yang jauh dari pembicara. Contoh buku ini adalah buku saya, contoh lain itulah buuku yang saya cari selama ini.

c) Kata ganti tanya

Kata ganti tanya atau pronomina introgatifa adalah kata yang digunakan untuk bertanya atau menanyakan sesuatu nomina atau (sesuatu yang dianggap kontruksi nomina). Kata ganti tanya itu adalah 5W+1H.

d) Pronomina tak tentu

Pronomina tak tentu atau kata gantitak tentu adalah kata-kata yang digunakan untuk menggantikan nomina yang tidak tentu. Yang termasuk kata ganti tak tentu adalah seseorang, salah seorang, siapa saja, setiap orang dan sewaktu-waktu.[4]

Kata Bilangan (Numeralia)

Kata bilangan adalah kata yang menyatakan jumlah benda atau jumlah kumpulan atau urutan tempat nama-nama benda. Misalnya: seribu, seratus, berdua, bertiga, beberapa, banyak.

Kata Penghubung (Konjungsi)

Kata penghubung ialah kata yang menghubungkan kata-kata, bagian kalimat, atau menghubungkan kalimat-kalimat. Misalnya: dan, lalu, meskipun, sungguhpun, ketika, jika.

Kata Depan (Preposisi)

Kata depan ialah kata yang merangkai kata atau bagian kalimat. Misalnya: di, ke, dari, daripada, kepada.

Kata Sandang (Artikel)

Kata sandang ialah kata yang berfungsi menentukan kata benda dan membedakan suatu kata. Misalnya: si, sang, hyang.[5]

Kata Seru (Interjeksi)

Kata seru adalah kata (yang sebenarnya sudah menjadi kalimat)  untuk mengucapkan perasaan. Misalnya: aduh, wah, heh, oh, astaga.

Kata Tugas

Kata tugas adalah segala macam kata yang tidak termasuk salah satu jenis kata, atau menjadi subgolongan jenis-jenis kata di atas. Dilihat dari segi bentuk, pada umumnya kata tugas sulit mengalami perubahan bentuk, atau bahkan tidak mengalami perubahan bentuk. Ditinjau dari segi kelompok kata, kata tugas hanya memiliki tugas untuk memperluas atau mengadakan transformasi kalimat. Kata tugas tidak bisa menduduki fungsi-fungsi pokok dalam suatu kalimat. Contoh kata tugas: di, ke, dari, dan, tetapi, supaya, bagi, sudah, tidak, sebelum, tentang, dengan, akan, oleh, terhadap, bagi.

Selain keempat jenis kata tersebut, Gorys Keraf juga mengemukakan masalah transposisi, yaitu perpindahan jenis kata tertentu ke jenis kata yang lain dengan pertolongan morfem-morfem terkait. Contoh:

–          Besar (kata sifat)               membesarkan (kata benda)

–          Tua (kata sifat)                  ketua (kata benda)

–          Kopi (kata benda)             mengopi (kata kerja)

[1] Alfin Jauharoti, Rosyidi Zudan, FONOLOGI DAN MORFOLOGI, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2014) hal.  90

[2] Masnur Muslich, Sumber tata bentuk bahsa indonesia, kajian ke arah tatabahasa deskriptif, (Jakarta: Bumi aksara, 2009) hal. 110.

[3] Alfin Jauharoti, Rosyidi Zudan, FONOLOGI DAN MORFOLOGI, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2014) hal.  90

[4] Ibid, hal. 91

[5] Masnur Muslich, Sumber tata bentuk bahsa indonesia, kajian ke arah tatabahasa deskriptif, (Jakarta: Bumi aksara, 2009) hal. 110.

Tinggalkan komentar