Esensi Gincu dari Masa ke Masa

“Tak ada kesetaraan yang lebih indah, bila dibandingkan dengan kodrat wanita sebagai manusia biasa, ada hak, tanggung jawab dan kewajiban yang berbeda di dalam sosok wanita”

Kosmetik menjadi yang paling nyata untuk mengubah penampilan seseorang. Salah satu kosmetik yang telah ada sejak lama bahkan sejak masa sebelum masehi (sekitar 5000 tahun yang lalu) adalah lipstik. Bangsa-bangsa kuno menghias wajah mereka, termasuk menghias bibirnya sebagai bagian dari ritual atau upacara keagamaan. Bahkan juga untuk pengobatan, karena lipstik dapat melindungi bibir. Lipstik tidak hanya digunakan oleh perempuan tetapi juga laki-laki. Lipstik mengukir sejarah panjang sejak masa prasejarah hingga mencapai bentuknya saat ini. Dalam perjalanannya, lipstik tak hanya mengambil peran penting dalam perwujudan kata cantik, tapi juga berbagai simbol yang penuh kontroversi.

Lipstick merupakan produk kosmetik yang mengandung pigmen, minyak, lilin, dan pelembab yang pada umumnya digunakan untuk memberi warna pada bibir. Seperti produk makeup lain, lipstick kebanyakan digunakan oleh kaum wanita. Selain untuk menambah kecantikan, penggunaan lipstick dapat ditafsirkan sebagai simbol kekuasaan, kecerdasan, pemberontakan, keberanian, optimisme, dan masih banyak lagi.

Penggunaan lipstick dapat ditelusuri kembali ke Mesapotamia sekitar 5000 tahun yang lalu. Ada kemungkinan bahwa kaum wanita Mesopotamia kuno merupakan kaum pertama yang menciptakan dan menggunakan lipstick.

Sejarah perkembangan lipstick dimulai dari Ratu Schub-ad dari Ur (sebuah kota besar di Sumer, salah satu dari empat peradaban Mesopotamia). Ratu Sumeria ini menggunakan pewarna bibir dengan bahan dasar timah putih dan batuan merah yang dihancurkan. Orang-orang Sumeria mengangkat kebiasaan itu dengan penuh semangat. Penggalian Sir Leonard Wolley di pemakaman kerajaan Ur mengungkapkan bahwa mereka yang bisa melakukannya sendiri, dikubur dengan pewarna bibir mereka disimpan dalam cangkang kerang. Tetangga mereka orang Asyur, baik perempuan maupun laki-laki, juga mulai mewarnai bibir mereka dengan warna merah.

Budaya lipstick kemudian terdengar sampai kerajaan mesir yang saat itu sedang berkembang, dimana status sosial diutamakan lebih ditunjukan dibandingkan gender. Pria dan Wanita mesir pada saat itu memakai makeup tebal sebagai bagian ruinitas sehari-hari mereka, menggunakan, dalam beberapa bentuk, sebagian besar pembantu kosmetik yang pernah disusun. Mata memiliki peran paling penting dalam budaya mesir kuno, karena itu mata pada umumnya paling banyak dapat perhatian, tapi bibir juga tetap diperhatikan. Orang mesir kuno menggunakan warna merah oker di bibir, baik digunakan sendiri maupun dicampur dengan resin atau getah agar lebih awet.

Karena dukungan dari hak pilih terkemuka, lipstick lebih spesifik melambangkan emansipasi perempuan dan dimasukkan dalam perjuangan hak pilih perempuan Rally 1912 New York. Selanjutnya, hak pilih mengenakan warna bibir yang lebih mencolok dari pemerah bibir menjadi bagian prosedur standar rally. Perusahaan Guerlain dari Perancis memperkenalkan pemerah bibir pertama dalam bentuk batangan yang sebenarnya untuk klien bangsawan, dan oleh Perang Dunia I, telah menjadi suatu hal yang umum untuk membeli lipstick yang tersimpan dalam kertas berwarna atau digulung dalam tabung kertas.

Tabung lipstick pertama yang bisa ditekan keatas pertama kali diperkenalkan oleh Maurice Levy pada tahun 1915 dan dengan cepat memberi jalan untuk tabung lipstick putar yang orang-orang masih gunakan sampai hari ini, diciptakan oleh James Bruce Mason Jr pada tahun 1923.

Pada tahun 1930, lipstick dianggap sebagai simbol seksualitas dewasa. Gadis –gadis remaja percaya bahwa lipstick adalah simbol kewanitaan. Orang dewasa melihatnya sebagai suati tindakan pemberontakan. Banyak orang Amerika, terutama imigran, tidak menerima gadis-gadis remaja memakai lipstick.

Tahun 1930-an tanpa diragukan merupakan suatu masa yang suram. Dalam menanggapi masa-masa sulit, wanita berevolusi menjadi handal, tangguh, dan mengubah penampilan mereka sesuai dengan sifat-sifat tersebut. Warna lipstick yang populer mengambil nada cokelat kemerahan, sementara bibir persegi dan memanjang menjadi trend (dapat dilihat pada Greta Garbo dan Marlene Dietrich) yang bertentangan dengan bentuk kecil halus khas dekade sebelumnya. Penggunaan atau pemakaian lipstick beberapa tahun ini kebanyakan berdasarkan oleh preferensi atau personalitas orang yang memakainya. Tren warna dan jenis lipstik terus berkembang dinamis seperti yang sekarang sedang dibawakan sekaligus dipromosikan oleh Kim Kardashian dan Kylie Jenner dengan warna warni yang cenderung pucat dan kering. Bahan baku yang umum digunakan saat ini antara lain seperti lilin, minyak, dan pigmen.
Di Indonesia sendiri, penggunaan gincu juga telah tampak lazim dengan proporsi pengguna terbanyak pada wanita. Adapun para pria yang menggunakannya umumnya untuk keperluan pertunjukan pentas seni yang dipadukan dengan riasan lainnya.

Tinggalkan komentar